Sebelum Pemilihan Umum ke-14 (GE14) pada tahun 2018, sebuah klip video yang memperlihatkan presiden Amanah Mohamad Sabu mengkritik mantan perdana menteri Najib Razak terkait skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB) menjadi viral.
Video tersebut direkam selama pembicaraan kampanye pemilihan di mana Mohamad Sabu menjelaskan bagaimana Najib, sebagai ketua badan penasehat 1MDB, meminta izin untuk menggunakan dana kerajaan dari menteri keuangan, yang juga dibawa oleh Najib, yang kemudian mengajukan permintaan tersebut ke Perdana Menteri. Menteri, Najib.
Tujuan Mohamad Sabu adalah untuk menarik perhatian publik terhadap penyalahgunaan kekuasaan administrasi kesultanan Barisan Nasional saat itu yang mengakibatkan terkurasnya uang rakyat yang mencapai puluhan miliar ringgit.
Pesan Mohamad Sabu sederhana dan mudah dipahami, ditambah dengan penyampaian humor dari seorang orator yang ahli menghasut sentimen masyarakat.
Saat itu, Amanah sebagai salah satu komponen dari Pakatan Harapan (PH) dipuji masyarakat yang sudah muak dengan korupsi dan arogansi BN setelah memimpin negara selama lebih dari 60 tahun.
Mohamad Sabu yang ditahan tanpa dibahas di bawah Internal Security Act (ISA) juga disebut-sebut sebagai veteran politik yang banyak berkorban untuk menegakkan cita-cita pro rakyat yang didukungnya.
Namun Amanah hari ini sangat berbeda dengan Amanah tahun lalu. Sebagai anggota koalisi pemerintahan yang dipimpin Anwar Ibrahim, Amanah kini mampu mengikrarkan prinsip-prinsip guna menyambung kekuasaan.
Tercoreng oleh kekuasaan dan jabatan, Amanah tak lagi berpikir untuk berkolusi dengan musuh lama, Umno.
Pimpinan Amanah tak lagi segan-segan menyebut Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi sebagai “bos” meski presiden Umno ini dihina dan diejek oleh pemimpin seperti Mohamad Sabu sebagai Zionis kejam yang menindas rakyat Palestina.
Baru-baru ini, ketika pernyataan Direktur Komunikasi Amanah, Khalid Samad terkait grasi kerajaan Najib, membuat marah Umno, Mohamad Sabu, dan rekan presidennya, Latitude memohon pengampunan untuk melindungi hati Zahid dan kelompoknya.
Saat kedua partai bentrok jelang pemilihan umum tahun lalu, Amanah tak melewatkan kesempatan untuk mengkritik Umno, terutama Najib dan Zahid serta anggota “kelompok istana” Umno lainnya. Namun kini, Amanah selalu membujuk dan mencium Umno.
Pekan lalu, Mohamad Sabu selaku Menteri Pertanian dan Keamanan Pangan (KPKM) mengumumkan pengangkatan lima anggota dewan di bawah kementeriannya.
Mereka adalah mantan Anggota DPR Sena, Mahfuz Omar yang diangkat sebagai Ketua Lembaga Organisasi Tani (LPP) dan Anggota Dewan Undangan Negara (Majelis) Permatang Pasir, Muhammad Faiz Fadzil sebagai Manajer Malaysia. Lembaga Pengembangan Perikanan (LKIM).
Turut meresmikan adalah Sheikh Umar Bagharib Ali sebagai Manajer Lembaga Industri Nanas Malaysia (LPNM), Dr Azman Ismail sebagai Manajer Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian Malaysia (Mardi) dan Aminuddin Zulkipli sebagai Manajer Asosiasi Pemasaran Pertanian (Fama). .
Semuanya adalah aktivis politik Amanah atau PH, yang sebelumnya menentang keras setiap penunjukkan politik karena praktik ini dianggap sebagai dorongan politik terhadap pendukung setia partai dan sama sekali tidak memanfaatkan rakyat.
Ada apa dengan janji manis Amanah? Apakah para pemimpin partai ini begitu terombang-ambing oleh kursi di Putrajaya sehingga melupakan amanat dan tanggung jawabnya terhadap rakyat? Apakah Amanah sanggup melakukan apa saja untuk tetap berkuasa termasuk menggadaikan kejayaan agama, ras dan negara?
Sudah hampir enam bulan sejak Pemerintah Persatuan berkuasa. Entah sampai kapan pemerintahan Anwar bisa bertahan dengan kemarahan rakyat. Dalam kurun waktu singkat ini, kemunafikan partai Amanah semakin tertundukkan.
Pemilih rata-rata tak lagi memuji partai Amanah yang dulu disegani dengan slogan “Najib minta Najib” tapi kini lebih dikenal dengan kata-kata hinaan “Amanah kalah iman”.
Malek Abdul Rahim adalah pembaca MalaysiaNow.
* Artikel ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan MalaysiaNow.