Anwar Ibrahim memprediksi koalisi Pakatan Harapan (PH) dan Barisan Nasional (BN) akan merebut dua negara oposisi di PRN mendatang.
Negara-negara pembangkang adalah Kedah, Kelantan dan Terengganu. Yang dua tidak ditentukan.
Biasanya, dalam memprediksi hasil pemilu, kita melihat perolehan suara “baseline” masing-masing partai, yaitu jumlah undian yang dimenangkan oleh Perikatan Nasional (PN), BN, dan PH pada pemilu terdekat, yakni Pemilu ke-15. (GE15) pada November 2017. gratis.
Hanya karena PH dan BN telah bergabung, dua situasi akan terjadi.
Pertama, ada pengalihan suara penuh antara PH dan BN, yaitu 100% pemilih BN di GE 15 akan memilih calon PH dan sebaliknya 100% pemilih PH akan memilih calon PN.
Dalam situasi ini “baseline” PH-BN adalah jumlah lot PH yang dicampur dengan jumlah lot BN yang diperoleh di GE15.
Kedua, pengalihan suara penuh tidak berlaku antara PH dan BN, yaitu pemilih BN tidak boleh memilih calon PH dan sebaliknya.
Dalam situasi ini kombinasi “baseline” PH-BN cukup sulit diprediksi, namun ada kajian khusus tentang pengalihan suara di tiga negara tersebut.
Yang pasti, jika ini terjadi, kombinasi “baseline” PH-BN akan lebih rendah dari jumlah lot yang diperoleh kedua belah pihak.
Saya tidak belajar Kedah, Kelantan dan Terengganu. Jadi, saya tidak bisa mengambil kesimpulan tentang itu.
Namun, sebagai referensi saja, penelitian saya di Selangor dan Negeri Sembilan menunjukkan bahwa “pengalihan suara secara penuh” tidak berlaku antara PH dan BN.
Untuk tujuan penulisan ini, saya berasumsi bahwa “pengalihan suara penuh” terjadi antara PH dan BN sehingga mudah bagi kita untuk membuat perkiraan.
“Pengalihan suara” bukan masalah bagi PN karena PN belum beraliansi dengan partai politik lain. Jadi kami menerima jumlah suara PN di GE 15 sebagai “baseline” undian partai.
Jadi, mari kita lihat seperti apa suara “dasar” dari partai-partai ini.
Di Kedah, jumlah kavling yang diperoleh PN di GE 15 sebanyak 664.720 (56%). Sedangkan lot yang diterima BN adalah 235.353 (20%) dan PH 281.523 (24%).
Jumlah kavling PH yang bercampur dengan BN adalah 516.876 kavling, lebih sedikit 147.844 kavling dari kavling yang diterima PN. Artinya, meski “pengalihan suara penuh” berlaku, koalisi PH-BN tetap tidak akan bisa memenangkan Kedah.
Untuk Tawan Kedah, terlepas dari persentase undian suara dan kenaikan undian baru, koalisi PH-BN perlu memastikan ada ayunan sekitar 75.000 PN undian yang beralih mendukung PH-BN, selain membujuk 100 % undian BN untuk undian PH dan 100% undian BN undian PH.
Pada PRK Padang Serai baru-baru ini, tidak demikian. Yang terjadi, pengundian suara BN terhadap caleg PN mengakibatkan PN merebut kursi DPRD Padang Serai dengan suara terbanyak 16.260 suara membunuh caleg PH. Sebagai catatan, Padang Serai merupakan kubu PH.
Di Kelantan, total kavling yang diterima PN sebanyak 631.201 (64%), BN 265.666 (27%) dan PH 87.293 (9%). Begitu pula di Terengganu, jumlah kavling yang diterima PN sebanyak 461.509 (62%), BN 234.392 (32%) dan PH 40.645 (5%).
Bapak-bapak bisa memperkirakan sendiri jumlah undian gabungan PH-BN dan berapa “swing votes” yang dibutuhkan untuk menang melawan Kelantan dan Terengganu.
Soalnya, kalaupun “pengalihan suara penuh” berlaku antara PH dan BN (yang saya ragu), apakah “swing” PN menarik bagi PH-BN?
Yang kami dengar banyak orang Umno yang tidak puas dengan pimpinan partainya sendiri, membentuk kerjasama dengan PH termasuk DAP. Kemungkinan diadopsinya suara protes di kalangan pendukung UMNO di PRN tidak bisa dikesampingkan nantinya.
Selain itu, tidak ada “feel good factor” yang bisa menjadi penyebab “swing” suara PN terhadap PH.
Masalah kenaikan harga komoditas dan inflasi, kenaikan tarif listrik, kenaikan OPR, devaluasi ringgit dan lain-lain yang berkaitan dengan ekonomi dan biaya hidup masyarakat masih belum dapat ditangani secara efektif oleh pemerintah PH-BN.
Masyarakat masih belum melihat secara jelas rencana pemerintah PH-BN untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang saat ini melanda masyarakat dan negara. Inilah tanggung jawab terbesar PH-BN.
Oleh karena itu, terlepas dari prediksi Perdana Menteri, saya ragu akan ada “ayunan” besar penarikan PN ke arah PH-BN yang memungkinkan gabungan partai-partai tersebut merebut Kedah, Kelantan atau Terengganu di PRN berikutnya.
Marzuki Mohamad adalah mantan ketua kelompok kerja keras PM8.
* Artikel ini adalah pandangan pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan MalaysiaNow.